Pilih Aku atau Roti Kering itu!
Sebagaimana adat di sana, ketika putrinya menginjak usia 20 tahun, banyak putra bangsawan yang datang untuk melamarnya. Syah bin Syuja' pun bimbang, dengan siapa ia akan menikahkan putrinya. Ia pun berkeliling dari masjid ke masjid untuk menemukan orang yang tepat untuk dinikahkan dengan putrinya.
Sampai pada akhirnya ia tiba di sebuah masjid yang digunakan untuk sholat oleh seorang guru sufi.
"Apakah Engkau telah berkeluarga?" Tanya Syah bin Syuja'.
"Belum." Jawab guru sufi tersebut.
"Maukah Engkau menikah dengan seorang perempuan yang bisa membaca alquran?"
"Siapa yang mau menikahkan putrinya dengan seorang yang miskin ini, hartaku hanya tiga dirham."
"Aku akan menikahkanmu dengan putriku."
Mereka pun bersepakat. Malam itu juga Syah bin Syuja' mengantarkan putrinya ke rumah guru sufi tersebut dan menikahkan keduanya di sana. Jadilah keduanya sepasang suami istri.
Ketika putri Syah bin Syuja' memasuki salah satu pojok rumah suami, ia mendapati sepotong roti kering. Ia pun bertanya,
"Roti apakah ini?"
"Itu roti kemarin yang aku simpan untuk hari ini."
Mendengar jawaban sang suami, putri Syah bin Syuja' spontan hendak meninggalkan rumah suaminya.
"Sudah aku duga, putri Syah bin Syuja' tidak akan sanggup hidup bersamaku yang miskin ini."
"Aku meninggalkanmu bukan karena sedikitnya hartamu, melainkan karena sedikitnya iman dan kepercayaanmu sampai engkau menyimpan roti kemarin untuk hari ini. Engkau tidak percaya bahwa Allah akan memberimu rizki setiap hari." Jawab putri Syah bin Syuja' dengan serius.
Guru sufi langsung tersentak mendengar jawaban istrinya tersebut. Ada seorang perempuan yang begitu berserah diri, tawakkal kepada Allah SWT. Tak selang lama putri Syah bin Syuja' melanjutkan perkataannya,
"Aku heran kepada ayahku, 20 tahun aku dipingit olehnya dan mengatakan bahwa ia akan menikahkanku dengan orang yang bertaqwa kepada Allah, tapi ternyata ia menyerahkanku kepada orang yang tidak pasrah kepada Allah untuk makanannya sehari-hari."
Guru sufi pun tersadar, "Apakah kesalahanku ini bisa diperbaiki?"
"Bisa." Jawab Putri Syah Syuja'.
"Pilih salah satu diantara dua. Pilih aku atau roti kering itu?"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Saudara/iku pembaca, kisah di atas dicuplik dari buku Istri Idamanku, karya Habib Novel bin Muhammad Alaydrus.
Kisah yang sangat menggugah jiwa kita yang terlampau jauh diseret gelombang materialisme. Menyadarkan hati yang telah lalai dan lucut dari tawakkal kepada Alloh dengan sebenarnya. Kita sungguh terlalu sering bergantung kepada makhluk, sampai terlupakan bahwa hanya kepada-Nya kita harusnya bergantung dan hanya karena memang hanya Dia yang menguasai segala.
Bukan.. Kisah tersebut bukan mengajarkan kepada kita bahwa menyimpan sesuatu untuk hari esok sebagai sesuatu yang mengandung cela atau terlarang. Namun, satu-satunya yang tercela dan terlarang adalah ketika kita melakukan itu karena telah pupus keyakinan kita bahwa Alloh yang Maha Pemurah lagi Dermawan telah dan akan terus mencukupi kebutuhan hidup kita. Yang tercela adalah ketika kita tanpa sadar mengatakan dalam hati ataupun dengan lisan, "Duh, nanti saya akan makan apa nih ?"
"Uang sudah menipis, gimana nanti..."
"Ini kalau nggak punya tabungan, kebutuhan besok gimana ?"
"Kalau punya anak banyak, mau dikasih makan apa ?"
atau untuk jomblo, "Kalau punya istri, mau dikasih makan apa ?"
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS. Hud ayat 6)
Pertanyaan yang harus selalu kita renungkan, setiap saat harus kita ingatkan kepada diri kita adalah :
"Apakah kita ragu dengan jaminan Alloh ? Apakah kita mulai meyakini bahwa tangan Alloh terbelenggu untuk menyantuni kita ? Apakah Alloh yang Maha Kaya akan menelantarkan kita begitu saja ?"
Semoga Allah menancapkan dalam hati kita hakikat tawakkal, menjadikan kita orang yang benar-benar yakin dengan janji Allah, Aamiin..
Tidak ada komentar: