Secantik Perhiasan Istri Sholihah
“Wanita pertama penghuni surga,”
Tentu kita tidak asing dengan
kisah ini bukan ? Ya… Begini kisahnya.
Suatu ketika Fathimah Az-Zahra
–rodhiyallohu ‘anha- bertanya,
“Wahai Nabi, siapakah wanita
pertama penghuni surga setelah Ummahatul Mukminin ?”
Rosululloh –shollallohu ‘alaihi
wa sallam- menjawab,
“Dialah Muti’ah.”
Berhari-hari Fathimah berkeliling
kota Madinah untuk mencari tahu siapa Muti’ah yang dimaksudkan oleh Ayahandanya dan dimana ia tinggal. Dari informasi
yang didapatkannya, Fathimah mengetahui kediaman Muti’ah yang berada di pinggiran kota Madinah.
Atas izin suaminya, Ali bin Abi
Tholib maka Fathimah mengajak putranya Hasan yang masih berusia 5 tahun itu
untuk ziaroh (berkunjung) ke rumah Muti’ah. Sesampainya di rumah Muti’ah,
Fathimah segera mengetuk pintu rumah Muti’ah.
“Assalamu’alaikum Yaa Ahlal
Bait..”
“Wa’alaikumussalam. Siapa di
luar ?” jawab seorang wanita dari dalam rumah.
“Fathimah, putri Muhammad –shollallohu
‘alaihi wa sallam-"
Dengan riang hati Muti’ah
menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi oleh Putri Nabi
Junjungan alam semesta.” Segera Muti’ah membuka sedikit pintu lalu menutup
lagi. Melihat kejadian itu Fathimah terheran.
“Mengapa engkau menutup
kembali pintu rumahmu ? Apakah aku tidak boleh berziaroh ke rumahmu ?”
“Wahai Putri Nabi, Bukannya aku tidak mau menerimamu. Akan tetapi
kedatanganmu membawa putramu Hasan, yang menurut ajaran Rosululloh –shollallohu
‘alaihi wa sallam- tidak diperbolehkan memasukkan laki-laki ke dalam rumah
tanpa izin suami," Dari balik pintu Muti’ah menjawab, "Biarpun Hasan masih kecil, tapi aku belum minta izin suamiku. Sedangkan suamiku sekarang sedang tidak di rumah. Maka kembalilah besok, aku akan
memintakan izin untuknya.”
Setelah itu pulanglah Fathimah
dengan hati yang masih bergejolak dan ia akan kembali lagi keesokan harinya.
Keesokan harinya Fathimah kembali
ke rumah Muti’ah, tapi kali ini Fathimah membawa Hasan dan Husein karena Husein
sedang rewel ingin ikut ibunya. Fikir Fathimah tidak akan jadi masalah. Karena umur Husein lebih kecil daripada kakaknya, Hasan.
Sesampainya di rumah Muti’ah,
Fathimah salam dan mengetuk pintu. Dari dalam rumah Muti’ah menjawab dan
membuka pintu lalu kembali menutup pintu lagi.
Dengan terheran Fathimah
bertanya, “Mengapa engkau menutup pintu kembali, Muti’ah ?”
Muti’ah menjawab, “Engkau ke
sini membawa putramu Hasan dan Husein. Sedangkan aku hanya memintakan izin
untuk Hasan. Maka kembalilah besok. Aku akan memintakan izin untuknya.”
Di hari yang ketiga kembali
Fathimah datang bersama kedua putranya, Fathimah tercengang begitu melihat Muti’ah
berdandan rapih, harum, mempesona. Ia kenakan pakaian paling bagus yang ia
punya. Muti’ah berkata kepada Fathimah
bahwa ia akan bersiap-siap menyambut kedatangan suaminya.
Akhirnya Fathimah kembali pulang
dengan perasaan kagum yang tak terkira kepada Muti’ah.
Hingga pada hari yang keempat, untuk kesekian kalinya Fathimah berkunjung ke rumah Muti’ah. Kali ini ia datang lebih sore berharap sudah berada di
rumah. Dan benar saja, pada saat itu suaminya memang sudah di rumah sepulang dari pekerjaannya.
Fathimah dan kedua putranya
dipersilahkan masuk oleh Muti’ah dan suaminya. Fathimah melihat pemandangan
yang lebih mengagumkan daripada ziarohnya beberapa hari lalu. Ia melihat Muti’ah sudah menyiapkan
baju untuk suaminya dan menuntunnya ke kamar mandi serta memandikannya.
Usai memandikan sang suami, Muti’ah menuntun suaminya ke meja makan dengan hidangan yang telah ia sajikan seharian tadi. Sebelum makan Muti’ah mengambil
cambuk sepanjang 2 meter yang sudah disiapkannya seperti biasa dan meletakkannya di atas meja.
Muti’ahpun bertutur lembut,
“Wahai suamiku, seharian aku
telah memasak makanan dan minuman di hadapanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai
dan menghendaki maka cambuklah aku.”
Fathimah terperanjat dengan apa yang ada dihadapannya. Ia kini faham, inilah yang membuat seorang Muti'ah istimewa seperti yang dimaksudkan ayahandanya, Rosululloh -shollallohu 'alaihi wa sallam-. Dengan tangis haru Fathimah pulang dan
Fathimah sudah mendapat jawaban dari pertanyaan yang menyeruak dalam hatinya.
***
Wahai ukhti
muslimah, dari cerita di atas kita tahu betapa taat dan tawadhu’nya Muti’ah
kepada suaminya sehingga ia punya kedudukan mulia di sisi Rosululloh.
Ukhti muslimah,
kita sebagai wanita sudah sepantasnya meniru akhlak Muti’ah sebagai istri
sholihah.
Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan
sabda Rasulullah -shollallahu
‘alaihi wa sallam-,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا ا رْملَْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihah.” (HR.Muslim no.
1467)
Diantara tanda-tanda istri
yang sholihah adalah bilamana ia melakukan kesalahan terhadap suaminya, ia
sangat menyesal dan segera minta maaf dan memohon keridhoannya. Rosululloh –shollallohu ‘alaihi
wa sallam- bersabda :
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: ا رْملَْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَ المَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَ الَمرْكَبُ الْهَنِي؛ وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَا رْملَْأَةُ السُّوءُ، وَا رْملَكَبُ السُّوءُ، وَ المَسْكَنُالضَّيِّقُ
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan,
yaitu wanita (istri) yang salihah, tempat tinggal yang luas/lapang, tetangga
yang saleh, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang
merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak
salihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam al-Mawarid hlm.
302, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh Muqbil dalam al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan asy-Syaikh Albani dalam Silsilah al-Ahadits
ash-Shahihah no. 282)
Sifat-sifat yang ada pada istri sholihah, diantaranya :
- Penuh kasih sayang. Ukhti sholihah, istri sholihah itu selalu punya rasa kasih sayang terhadap keluarga dan anak-anaknya, lemah lembut dan santun perangainya.
- Melayani suaminya. Naah… ini seperti pada kisah Muti’ah tadi. Ia selalu menyiapkan kebutuhan suaminya dengan ikhlas, menyambutnya dengan senyum ketika pulang ke rumah.
- Menjaga rahasia keluarga. Naah… ini yang kadang masih sering diremehkan oleh kalangan wanita. Biasanya bagi yang belum paham (kadang jugapun yang sudah paham) suka menceritakan aib keluarga, aib suami. Tapi mereka tanpa sadar bahwa itu perbuatan yang buruk.
- Sejuk dipandang. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya, sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkan. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu,
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرٍ مَا يَكْنِزُ ا رْملَْءُ، ا رْملَْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik
perbendaharaan seorang lelaki,
yaitu istri sholihah yang bila dipandang akan menyenangkannya,
bila diperintah akan menaatinya,
dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no.
1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam al-Jami’ush Shahih 3/57,
“Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
5. Ketika suaminya sedang berada di rumah, ia tidak menyibukkan dirinya dengan selain pengabdiannya kepada suami
6. Pandai bersyukur, Mensyukuri
pemberian suaminya berapapun itu. Wahai ukhti muslimah, sesungguhnya suamimu
juga telah bekerja keras untuk menafkahimu. Jadi syukurilah. Jangan kau
maki-maki ia karena penghasilannya yang kurang di matamu.
(Ummu 'Aisyah)
Can I use a cryptocurrency casino for real money?
BalasHapusA cryptocurrency casino (also referred to as a Bitcoin or Litecoin) 메리트카지노 is a great way to test your 인카지노 skills in choegocasino online casino games, but you may be