Inilah Sejarah Terbesar Umat Manusia!!
Sejarah akan senantiasa berulang. Demikianlah ungkapan para
bijak setelah usaha meneliti dan menelaah sejarah panjang umat manusia. Sesudah
menerobos ruang dan waktu, mengunjungi kembali masa-masa lampau yang telah berlalu
melalui catatan-catatan kisah hidup manusia beserta relief-relief yang terpahat
di setiap sudut ruang hidup mereka; akhirnya diambillah sebuah kesimpulan bahwa
sejarah hidup manusia senantiasa terjadi dalam satu pola yang sama dan berulang.
Yang membedakan hanyalah beda nama sang aktor, beda waktu dan setting tempat serta
detil kejadian. Namun semua tetap terpahat rapi di atas satu pola yang tak berubah.
Manusia tetaplah manusia sekalipun berubah nama. Demikian pula sifat yang
mereka bawa; baik atau buruk semua tetaplah sama sekalipun detilnya berbeda. Mencopet
misalkan, tetap saja sebuah perbuatan buruk dan sama saja dengan mencuri sekalipun
detil prakteknya berbeda. Begitu pula menipu yang membuat harta orang terampas,
tetaplah sama saja sekalipun beda dalam tataran praktis.
Begitu pula dalam sejarah, kisah hidup umat manusia terus berulang
dalam sebuah pola. Kebaikan yang terus bermusuhan dengan sifat angkara.
Kebaikan yang senantiasa ditindas dan teralienisasi
oleh kebanyakan manusia namun akhirnya menuai kejayaan. Begitu seterusnya dan
lain sebagainya. Semua itu untuk mewujudkan satu tujuan, yaitu agar umat manusia
di generasi setelahnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang telah berlalu.
Sampai begitu sering, Alloh mengingatkan manusia dalam firman-Nya yang mulia, ”Dan ingatlah…..” tentang peristiwa ini dan
itu; tentang kisah ini dan itu; “Dan
apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana
akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka ?”(QS. Ar-Rum : 9). Namun demikianlah manusia,
mayoritas hanya menganggap kisah-kisah umat generasi sebelumnya hanya sebagai dongeng
pengantar tidur yang tak berharga; tanpa sedikitpun mampu mengambil pelajaran
demi kebahagiaan hidup di dunia dan setelahnya.
Atas dasar itu, maka sudah selayaknya kita memahami bahwa apapun
yang terjadi di hari ini dan hari kemudian tentunya memiliki akar sejarah yang
menjadi dasar tumbuhnya pohon kehidupan yang hari ini kita panjat. Akar sejarah
itulah sebuah sejarah terbesar yang menjadi pokok tumpuan berbagai peristiwa setelahnya,
yaitu sejarah awal kehidupan manusia, momentum terbesar yang dialami oleh Bapak
umat manusia, Adam ‘alaihissalam.
Ketika Alloh telah purna membentuk jasad Adam dari tanah liat
dengan keduatangan-Nya sendiri; sebagai jasad makhluk yang paling indah dan sempurna
dan meniupkan ke dalam jasad itu ruh untuk menghidupkannya, Alloh lalu memerintahkan
kepada seluruh penghuni surga yaitu para Malaikat untuk bersujud kepada Adam. Dengan
serentak tanpa banyak pertanyaan, para malaikat itupun bersujud tunduk atas perintah
Alloh dan hormat atas kemuliaan yang dilimpahkan kepada Adam. Tak ada satupun dari
mereka yang tidak merunduk sujud, akan tetapi ada satu makhluk yang enggan bersujud.
Dia memang berbeda. Bukan dari jenis malaikat namun diperkenankan untuk menetapi
alam malaikat karena keutamaannya dahulu. Dia adalah Iblis, makhluk dari jenis jin
yang dicipta dari api.
Tidak sujudnya dia bukan karena perintah itu tidak ditujukan
kepada dia. Perintah itupun berlaku bagi dia, akan tetapi ia enggan karena satu
alasan yang “masuk akal” bagi dia. Ketika Alloh menanyakan sebab mengapa dia enggan
untuk bersujud, ia pun ungkapkan alasan “logis” itu.
“Aku lebih baik darinya”, jawab Iblis penuh keangkuhan, “Engkau telah Menciptakan aku dari api sedangkan
dia Engkau Ciptakan dari tanah.”
Tak masuk akal bagi Iblis, bagaimana mungkin Alloh memerintahkan
ia untuk sujud kepada Adam, sedangkan ia adalah makhluk yang lebih senior;
lebih dahulu menyembah Alloh; lebih dahulu diutamakan Alloh bahkan sampai bisa menempati
alam para malaikat yang suci sedangkan teman-temannya dari kalangan jin tak ada
yang mencapai derajat itu. Bahkan ia pun pernah menjadi pemimpinnya para
malaikat. Sungguh tak masuk akal kalau Iblis harus sujud kepada “anak kemarin
sore”. Adam adalah makhluk yang lebih junior dan belum melalui masa yang
panjang dalam mengabdi kepada Alloh dan lagi-lagi bahan penciptaannya pun tak sebanding,
menurut logikanya. Iblis telah dibutakan oleh kesombongannya sampai ia terlanjur
mempertuhankan akalnya dan lupa dengan satu hal, bukan masalah kepada siapa ia diperintahkan
untuk bersujud; akan tetapi siapa yang telah memerintahkannya untuk bersujud.
Dialah Alloh yang telah ditentang perintahnya oleh Iblis,
padahal Alloh adalah Tuhan yang telah Menciptakan dia dan selain dirinya; yang
segala sesuatu tunduk patuh kepada perintah-Nya.
Karena alasannya inilah, akhirnya Alloh menetapkan pengusiran
bagi Iblis dari dalam surga. Dia tak lagi layak menempati surga karena ia telah
menyombongkan diri dengan penolakannya atas kebenaran dan perbuatan meremehkan orang
lain, sedangkan surga itu adalah istana bagi mereka yang siap merendah dan menghinakan
diri di hadapan Alloh. Tempat tertinggi dan termulia hanyalah bagi mereka yang
siap menyungkurkan wajahnya di tanah, menghina di hadapan Dzat Yang Maha Mulia.
Bukan bagi mereka yang merasa angkuh dan mulia di hadapan-Nya. Sungguh, Dia tak
butuh kesombongan makhluk; karena di tangan-Nya lah nasib semua makhluk.
Setelah pengusiran itu, Iblis meminta kepada Alloh untuk penangguhan
kematian sampai hari kiamat kepada Alloh dan itupun dikabulkan oleh Alloh.
Bukan untuk meminta ampunan, akan tetapi untuk menjadi musuh tanding Alloh dalam
menyesatkan manusia dan wujud pembalasan dendam dengan menggiring sebanyak-banyaknya
keturunan Adam menuju jalan kesesatan dan kesengsaraan yang kekal abadi,
menemani dia di dalam neraka. Wal
‘iyyadzubillah.
Inilah akar pokok sejarah umat manusia yang menjadi muara segala
macam peristiwa hidup manusia sampai hari kiamat kelak. Maka hakikat hidup manusia
di dunia adalah peperangan antara dirinya dengan Iblis beserta bala tentaranya.
Tidak ada komentar: